Tiga Teori Teka-Teki Ijazah Jokowi

Di balik segala kehebohan teka-teki ijazah ini, Jokowi sedang memainkan skenario licik untuk menggaet simpati pada dinasti politiknya.

Di negara normal, pertanyaan soal keabsahan ijazah pejabat publik, lazimnya bisa dijawab secara sederhana: dengan menunjukkan ijazah asli. Selesai. Tapi Indonesia di era Jokowi memang bukan negara normal, dan Jokowi bukan orang normal. Urusan keberadaan ijazahnya bisa menjadi conundrum, teka-teki rumit, penuh drama, sengketa dan abnormalitas.

Urusan bukti administratif ijazah Jokowi bereskalasi menjadi drama politik slapstick. Kerumitannya setara plot skenario fiktif ala tiga film populer: X-Files, The Godfather, dan The Theory of Everything. Memadukan kisah thriller politik kebohongan, manuver dunia gangster, dan prinsip sains dunia ilmiah, untuk memahami absurditas kisah ijazah ini.

X-Files: The Truth is Out there. Layaknya upaya penyelidikan dan pembuktian ala serial X-Files, setiap temuan justru memunculkan pertanyaan baru. Teka-teki ijazah Jokowi penuh kejanggalan, tikungan dan jebakan plot twist, jika tak diselikidik dengan benar. Mantan Rektor UGM Prof. Soffian Effendi bahkan menyatakan ada banyak inkonsistensi yang perlu dijawab secara jujur oleh pihak kampus. Oknum-oknum rektorat UGM bisa dituduh "ikut serta" menyembunyikan kasus, serta mengabaikan prinsip ilmiah.

Menyelidiki sampai tuntas untuk menemukan kebenaran, "membuka X-Files" ijazah Jokowi adalah satu-satunya pilihan. Dalam dunia akademik, reputasi dan integritas adalah segalanya. Selayaknya UGM membentuk Tim Pencari dan Penemu Fakta independen untuk mengungkap kebenaran secara transparan. The truth is out there, UGM tidak semustinya menjadi konspirator dalam persekongkolan ijasah Jokowi.

The Godfather: Revenge is a dish best served cold. Respon panik Jokowi terhadap tuduhan keaslian ijasahnya, mengindikasikan ia sedang menyembunyikan "tengkorak dalam kamar mandi" (skeleton in the closet), sesuatu yang dirahasiakan. Alih-alih menjelaskan ke publik dengan bukti-bukti terbuka, respons Jokowi malah menyerupai taktik mafia.

Jokowi mengintimidasi orang-orang yang mempertanyakan ijazahnya melalui jalur hukum, memobilisasi relawan, bahkan memakai preman seperti Hercules. Di dunia ini mungkin hanya Jokowi, mantan presiden, yang tanpa rasa malu menggunakan jasa preman untuk membungkam kritik soal latar belakang pendidikannya.

Pendekatan Jokowi memakai cara omertà (sumpah diam dan balas dendam dunia mafia) adalah ciri khas perilaku "politik sprindik"-nya. Seseorang yang jujur dan bersih tidak akan memainkan gaya intimidatif ala mafioso. Apa sebenarnya yang sedang Jokowi sembunyikan, selain soal selembar ijazah?

The Theory of Everything: A single unifying equation that explains: Kebenaran Itu sederhana. Dalam dunia ilmiah, pembuktian berpijak pada verifikasi dan falsifikasi. Hal yang benar bisa diverifikasi; yang salah bisa difalsifikasi. Mereka yang meragukan keaslian ijasah Jokowi telah menyampaikan sejumlah verifikasi data forensik. Yang perlu dan bisa dilakukan Jokowi (dan UGM) adalah membantah dengan menunjukkan bukti falsifikasi, bahwa ijazah asli itu benar ada.

Kebohongan selalu memerlukan dalih yang rumit dan berliku--sehingga perlu pengacara, relawan atau preman untuk memvalidasi. Bagaimanapun, narasi fiksi drama ijazah Jokowi menarik untuk diketahui ending-nya nanti. Berikut tiga spoiler teori kemungkinan akhir kisahnya:

Satu, Jokowi benar kuliah di Fakultas Kehutanan UGM, dan menyelesaikan kuliah tapi ijazahnya hilang. Untuk menggampangkan urusan, dia membuat reproduksi ijasah yang pernah ia punyai. Jika demikian, mestinya ada dokumen akademik lain yang bisa diperlihatkan sebagai bukti, bukan hanya testimoni anekdotal atau salinan tanpa legalitas. Ini kejahatan misdemeanor serius, pembohong patologis, namun masih logis.

Dua, Jokowi pernah kuliah di UGM tapi tidak selesai, lebih memilih menekuni bisnis kayu. Sampai saat titik ia terjun berpolitik, dan harus memenuhi syarat administratif. Ia nekad membuat ijazah rekaan. Ini menunjukkan karakter seorang penipu yang mendarah daging hingga ketulang sumsum. Kesalahan tak terampunkan.

Tiga, Jokowi tidak pernah kuliah di UGM. Ini teori yang paling ekstrem dan skandal yang bakal menghebohkan. Prinsip ilmiah Carl Sagan berlaku di sini (parafrase): extraordinary crime requires extraordinary evidence. Tentu butuh pembuktian kuat yang tidak bisa dibantah untuk memvalidasi teori ini. Secara nalar ini mustahil, tapi untuk si antagonis Jokowi tidak ada yang mustahil.

Akhirnya terserah pada Jokowi, dan UGM, karena ini tuduhan serius, maka penting untuk merespon secara serius. Kecuali, tentu saja, ada teori alternatif, skenario plot twist ala Jokowi. Plot ini diamini dan diyakini oleh kalangan penganut teori konspirasi banal.

Di balik segala kehebohan teka-teki ijazah ini, Jokowi sedang memainkan skenario licik untuk menggaet simpati pada dinasti politiknya. Ia sosok inosense, "korban penzaliman" dari orang-orang yang membencinya.

Jokowi sesungguhnya punya ijazah asli, dan sedang mengulur waktu, untuk membukanya ke publik pada saat yang pas. Plot ini, jika benar terjadi, adalah teori psikopat. Yang belum pernah ada rujukan filmnya.

Pemimpin Redaksi
Jurnalis Senior, Kolumnis

Tentang GBN.top

Kontak Kami

  • Alamat: Jl Penjernihan I No 50, Jakarta Pusat 10210
  • Telepon: +62 21 2527839
  • Email: redaksi.gbn@gmail.com